Tanggal 25 Januari ditetapkan sebagai “Hari Gizi dan Makanan Nasional” yang bermula dari keprihatian Prof. Poerwo Soedarmo akan kondisi masyarakat Indonesia yang pada saat itu rata-rata masih buta aksara dan kurang mampu. Sehingga mereka tidak terlalu memperdulikan gizi dan makanan yang mereka konsumsi. Untuk itu beliau mendirikan Sekolah SDPM (Djuru Penerang Makanan) pada tahun 25 Januari 1951. Sejak saat itulah setiap tanggal 25 Januari diperingati sebagai hari gizi dan makanan nasional.
Di zaman modern seperti saat ini, membahas tentang gizi dan makanan mungkin sudah banyak yang paham dan menyadari pentingnya pemenuhan gizi dan makanan yang dikonsumsi tubuh setiap hari. Namun sayangnya, bila dulu masyarakat kesulitan untuk memperhatikan kesehatan karena keterbatasan, pada saat ini masyarakat justru tidak perduli dengan kesehatan karena lebih mementingkan rasa dari makanan. Terlebih anak-anak yang belum bisa membedakan makanan sehat dan makanan yang justru bisa merusak tubuh. Tentunya ini menjadi tugas yang tidak mudah bagi para orangtua.
Tanpa disadari, makanan yang konsumsi anak-anak mempengaruhi baik buruknya generasi. terutama pada pembentukan karakter pribadi seseorang. Emosi yang tidak stabil, perasaan baper, mudah marah, malas, hingga mudah putus asa. Ini terjadi salah satunya karena faktor makanan tidak sehat yang masuk kedalam tubuh. Maka, sebagai orang tua sudah seharusnya kita lebih memperhatikan asupan gizi dan makanan yang dikonsumsi anak-anak demi terbentuknya generasi hebat penerus masa depan.
Dalam Islam terkait soal makanan telah diatur dengan sangat rinci. Bukan hanya halal haramnya dzat dari suatu makanan, bagaimana usaha sesorang mempereoleh makanannya hingga bagaimana adab makan. Bahkan Rasulullah saw juga menjelaskan tujuan makan sesorang dan berapa banyak porsi makan dan minum yang baik bagi tubuh. Rasulullah saw bersabda,
“Tidak ada tempat yang lebih buruk untuk diisi penuh oleh anak Adam daripada penuh perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Sedangkan kalau ia memang harus memenuhinya, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk nafasnya.” (HR. at-Tirmidzi)
Sebagai orang tua yang bijak, mari kita perhatikan apa makanan apa yang dikonsumsi anak-anak kita dan tentunya jangan sampai berlebihan. Sebab baik buruknya generasi adalah tanggungjawab kita bersama. Semoga Allah SWT memberkahi setiap makanan yang kita makan dan memudahkan kita untuk mencetak generasi muslim yang hebat dimasa depan. Aamiin.
Saya setuju bahwa makanan dapat mempengaruhi generasi, kualitas makanan yang baik tentunya juga dapat menyehatkan tubuh dan membuat tubuh manusia menjadi sehat, kuat dan terhindar dari segala macam penyakit.