Merawat Pohon Pengetahuan

Diceritakan suatu ketika ada mesin kapal yang tidak berfungsi. Kapten kapal pun berusaha memperbaiki dengan segudang pengalaman di bidang perkapalan.

Namun, upayanya selalu saja sia-sia. Di tengah pembicaraan dengan bawahan mengenai kerusakan kapal mereka, seorang lelaki menghampiri.

Dia berkata, “Maafkan saya jika mengganggu Anda. Saya melihat kapal ini tidak terpakai sejak sepuluh hari yang laku. Saya bertanya kepada salah satu awak kapal mengenai apa yang terjadi.

Dia mengatakan bahwa mesin kapal tidak berfungsi sehingga dibutuhkan seseorang yang bisa memperbaikinya. Apakah Anda masih membutuhkan orang itu?”

Tanpa ragu kapten menjawab, “Ya, mengapa Anda menanyakan hal itu?”

“Mungkin saya bisa memperbaiki,” jawab orang asing itu.

Sang kapten agak ragu mendengarnya karena penampilan orang asing tadi yang kurang meyakinkan sebagai ahli perkapalan. Tapi sang kapten akhirnya menerima tawaran itu.

Orang asing ini mengeluarkan martil kecil dari kantongnya dan mulai memukul-mukul mesin kapal di beberapa tempat.

Dari kejauhan sang kapten memperhatikan apa yang dilakukan orang asing ini. Sang kapten mulai gelisah saat orang asing mulai memukul mesin di tempat yang berbeda.

Tapi anehnya, mesin kapal mulai berfungsi dan sang kapten pun senang menyaksikannya.

“Bagaimana Anda bisa melalukannya?” tanya kapten heran.

“Karena ilmu. Bersebab pengetahuan yang saya miliki,” jawab orang asing itu santai. Lalu ia memberikan secarik kertas dan menyodorkan kepada sang kapten.

Di atas kertas itu tertera angka $ 1.000. Ya, tidak salah: seribu dolar. Hal ini membuat sang kapten bingung dan bertanya.

“Seribu dolar hanya untuk pekerjaan anda selama sepuluh menit? Coba jelaskan kok bisa sampai begitu?”

“Dengan senang hati.,” jawab orang asing itu. Kemudian ia memberikan secarik kertas lain kepada sang kapten.

Kertas itu bertuliskan, “Satu dolar sebanding dengan pukulan pada mesin kapan, sedangkan 999 dolar karena saya mengetahui bagian kapal yang mesti saya pukul.”

Demikianlah kisah inspiratif yang diceritakan Dr. Ibrahim Elfikry sebagaimana dikutip Jamaluddin El-Banjary dalam buku Inspiring Teacher-nya.

Kisah di atas menyadarkan kita tentang nilai ilmu pengetahuan. Banyak hal yang bisa didapat seseorang jika ia punya ilmu.

Tidak hanya wawasan. Harta, kedudukan, dan popularitas bisa digenggam jika seseorang berbekal pengetahuan yang tinggi. Sama-sama mengerjakan suatu hal hasilnya akan beda jika tingkat ilmunya berbeda.

Dalam bahasa yang lebih sederhana orang yang berilmu akan terangkat derajatnya.

Berbicara pengetahuan tentu tidak lepas dari otak. Sebagai unsur yang sangat vital dalam kehidupan otak harus selalu dirawat agar tidak karatan. Semakin dirawat kemampuan otak akan semakin tinggi.

Dengan semakin banyak belajar kemampuan otak kian terlatih. Otak akan mudah merumuskan sesuatu juga gesit mencari solusi saat ada masalah mendera.

Kumpulan pengetahuan yang kita baca, lihat, dengar, rasakan, dan alami dalam jangka waktu yang lama akan membentuk pengetahuan yang terkristal. Berkumpul dan menjadikan seseorang lebih bijak.

Akumulasi ilmu tadi layaknya pohon yang akarnya kokoh, batangnya besar, daunnya menjulang tinggi, dan berbuah lebat

Tapi sebagaimana kita ketahui pengetahuan yang disimpan otak memiliki keterbatasan.

Ilmu bisa saja hilang sedikit demi sedikit. Ada pula ilmu yang sudah masuk tapi tidak bertahan lama.

 Pohon Pengetahuan

Jamaluddin El-Banjary memberi tujuh tips untuk merawat otak kita. Agar ilmu tidak mudah hilang. Supaya pohon pengetahuan itu tidak rontok.

Pertama, biasakan untuk selalu membaca minimal satu jam dalam sehari-semalam. Bagi orang yang belum suka membaca atau daya bacanya rendah waktu satu jam akan terasa sangat panjang dan melelahkan.

Akan tetapi bagi orang yang sudah terbiasa membaca waktu enam puluh menit itu sejatinya sangat kurang.

Para kutu buku bisa bertahan tiga hingga lima jam sehari untuk menyelami sulaman kata-kata. Mereka akan sangat menikmati mengarungi samudera ilmu di buku melebihi kenikmatan makan atau berbelanja.

Membaca buku akan menambah perbendaharaan kata seseorang. Otak bekerja. Ilmu pun berkembang karena jadi tahu ilmu-ilmu baru.

Kedua, meluangkan waktu untuk lebih banyak mendengar dan melihat.

Ada sebuah ungkapan orang bijak yang sudah sangat terkenal, “Tuhan memberi kita satu mulut, tapi memberi dua telinga dan dua mata supaya kita lebih banyak mendengar dan melihat serta sedikit bicara.”

Namun kita perlu memahami lebih lanjut maksud banyak melihat dan mendengar di sini bukan mengesampingkan berbicara.

Memperbanyak melihat dan mendengar lebih bertujuan agar kita bisa menyerap informasi lebih banyak agar tidak asal bicara. Agar kalimat yang keluar ada ilmunya, tidak asal ucap.

Ketiga, rajin menghadiri majelis ilmu. Kampus, sekolah, akademi, atau tempat pengajian adalah tempat yang mestinya menjadi salah satu tujuan kita pergi.

Di sana kita akan menemukan banyak ilmu baru yang membuka cakrawala pengetahuan.

Keempat, bergaul dengan orang-orang yang berilmu. Pengaruh pergaulan akan sangat terasa dalam kehidupan. Mereka yang terbiasa bergaul dengan orang yang bervisi rendah akan ketularan tidak mau mencanangkan visi tinggi dalam hidupnya.

Orang yang biasa berinteraksi dengan ahli ilmu akan ketularan semangat belajarnya. Mereka akan bangkit dan terjaga motivasinya untuk terus belajar.

Kelima, membaca biografi orang-orang besar. Ada sebuah kalimat indah terkait hal ini, “Tidak akan menjadi orang besar mereka yang tidak mengenal orang-orang besar.”

Secara eksplisit kalimat ini menuntut untuk belajar sejarah orang-orang besar. Dari mereka kita belajar banyak pengalaman dan cara lebih cepat mencapai sukses.

Bagi yang ingin sukses dalam bidang pendidikan, biografi K.H. Hasyim Asyari, K.H. Ahmad Dahlan, Ki Hajar Dewantara layak untuk dikaji mendalam. Mereka adalah orang yang telah berhasil mendidik jutaan manusia.

Bagi yang ingin sukses di bidang kepemimpinan, biografi Soekarno, Mohammad Hatta, George Washington, Abraham Lincoln, Ummar bin Khattab cocok dijadikan rujukan.

Pun yang ingin sukses di bidang lain bisa merujuk pada orang-orang sukses di bidang yang dimaksud.

Keenam, menggunakan ilmu untul hal yang positif. Penggunaan ilmu pada tempat yang baik akan mengundang kebaikan-kebaikan lain. Jangan sampai ilmu yang sudah dipelajari justru untuk melakukan tindakan yang merusak.

Ketujuh, berdo’a agar selalu ditambah dan diberkahi ilmu. Betapa banyak orang yang sudah berlelah-lelah mencari ilmu tapi keberkahannya tercerabut. Maka minta keberkahan pada Sang Pemilik ilmu harus selalu dilakukan.

Semoga kita bisa merawat pohon ilmu itu agar tetap rindang, hijau, dan berbuah.

Andi Ar

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *